Ilmu Nahwu

Jumat, 13 Mei 2011

Syair Arab ttg Cinta

أحـبـك حـبـاً لـو تـحبين مـثـلــــــــــــه أصـابـك من وجـــدي عـلـى جـنـونــي

Aku sungguh mencintaimu dengan cinta yang jika kau merasakan cinta ini niscaya kau akan gila karenanya

أحـبـك كالـبـدر الـذي فـاض نـــــوره على فـيـح جـنـات و خـضـر تـــــلال

aku mencintaimu laksana bulan yang cahayanya menerangi taman nan luas dan bukit nan hijau..


أحـبـك حـتـى كـأن الـهـــــــــــــــــــــوى تـجـمـع و ارتـاح في أضـلــــــعـي


aku mencintaimu.. seakan-akan rasa cinta berkumpul dan merasakan ketenangan di tulang rusukku,,,


فـلـو كـان لي قـلـبـان عـشـت بـواحــد و أبـقـيـت قـلـبـاً في هـواك يـعـذب


kalaulah ku memiliki dua hati.. aku kan hidup dengan satu hati.. dan aku sisakan satu hatinya tertawan dengan mencintaimu..



سـحرتـني حبـيـبتي بـسواد عيونـهـــا إنـمـا السـحـر في سـواد الـعـيـــــــــــون


cintaku kau menyihirku dengan hitam matamu.. sesungguhnya sihir itu ada pada hitamnya mata..


نقل فؤادك حيث شئت من الهــــــــــوى ما الــحـب إلا لـلـحـبـيــــــــــب الأول

palingkanlah hatimu kepada siapa saja yang kau cinta.. tidaklah cinta kecuali kembali kepada cinta yang pertama..

janganlah kau berdusta atas nama cinta.. lalu kau lampiaskan cinta dengan syahwatmu.. jagalah hati dengan cinta Nya.. karena betapapun kita memalingkan hati, hanya kepada Nya lah kita kembali.. dan hanya Ia lah cinta Nya abadi..

kecantikan yang mempesonamu.. apalah artinya jika hanya menyesatkanmu.. jangan tertipu dengan bisik godaannya.. betapa banyak orang yang mengaku patah hati.. padahal cinta belum lah halal baginya.. lalu merenunglah ia dan menangisinya.. sudikah ia menangisi maksiatnya karena enggan menjauh darinya??

sesungguhnya cinta hakiki membawa kepada kebahagiaan abadi.. raihlah cinta yang berpahala.. cinta yang suci di atas perjanjian yang kuat.. Ia menggambarkannya sebagai "mitsaqon gholidzho"

"...Dan mereka (isteri-isterimu) telah mengambil dari kamu perjanjian yang kuat.” (An-Nisa: 21)

-allahummaghfirlii maa qoddamtu wa maa akh-khortu-



Sejarah Ilmu Nahwu


Sejarah Ilmu Nahwu ( Bahasa Arab )

Banyak hal yang menyebabkan ilmu nahwu disusun. Secara umum sebab nya adalah seputar  kekeliruan orang-orang arab pada bahasa mereka yang disebabkan bercampurnya mereka dengan orang-orang ‘ajam (non arab) yang masuk islam sehingga mempengaruhi tata bahasa mereka. Diantara penyebab utama disusunnya ilmu nahwu adalah:

- Pada masa Rasulullah diriwayatkan bahwa ada seseorang yang keliru bahasanya, maka Rasulullah bersabda: “ Bimbinglah saudura kalian ini.. Sesungguhnya dia tersesat"

- Berkata Abu Bakar Ash Shidiq: “Aku lebih menyukai jika aku membaca dan aku terjatuh daripada aku membaca dan aku keliru

- Pada masa Umar bin Khattab, bahasa yang keliru di kalangan orang arab semakin menjamur. Hal ini disebabkan karena perluasan daerah kekuasaan Islam sehingga banyak orang-orang ‘ajam yang masuk islam. Diantara kesalahan-kesalahan yang terjadi:

1. Umar melewati suatu kaum yang buruk lemparan (tombak) nya maka beliau mencela mereka. Mereka pun menjawab:

إِِنَّا قَوْمٌ مُتَعَلِّمِيْنَ


(Makna yang mereka inginkan adalah: “sesungguhnya kami adalah kaum terpelajar”. Akan tetapi mereka keliru karena  yang benar إِنَّا قَوْمٌ مُتَعَلِّمُوْنَ dengan merofa’kan kata مُتَعَلِّمِيْنَ)

Umar berpaling dari mereka karena marah dan berkata:"Demi Allah kesalahan kalian pada lisan kalian lebih berat menurutku daripada kesalahan kalian pada lemparan (tombak) kalian".

2. Abu musa Al Asyari mengirimkan surat kepada amirul mukminin Umar bin Khathab yang tertulis di situ kalimat

مِنْ اَبُوْ مُوْسَى إِلَى أَمِيْرِ المُؤْمِنِيَْنَ عُمَرٍ بْنِ الخَطَّابِ


(Dari abu musa kepada Amirul mukminin Umar bin Khathab. Namun secara kaidah bahasa, kalimat yang tepat مِن اَبِيْ مُوْسَى dengan menjarkan kata “اَبُوْ”)

Umar membalas surat tersebut dengan: "Sebaiknya kau cambuk Juru tulis mu (karena keliru)". Juru tulisnya adalah Abul Hushain Al Anbary.

3. Seorang laki-laki dari gurun (badui) masuk Islam dan meminta diajarkan sesuatu dari Al Quran. Kemudian seorang kaum muslimin membacakan awal surat At Taubah:

"Dan (inilah) suatu permakluman daripada Allah dan Rasul-Nya kepada umat manusia pada hari haji akbar bahwa sesungguhnya Allah dan RasulNya berlepas diri dari orang-orang musyrikin. Kemudian jika kamu (kaum musyrikin) bertobat, maka bertaubat itu lebih baik bagimu ; dan jika kamu berpaling, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya kamu tidak dapat melemahkan Allah. Dan beritakanlah kepada orang-orang kafir (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih."( At Taubah : 3)

Akan tetapi orang tersebut membacanya sebagai berikut:

أَنَّ اللّهَ بَرِيءٌ مِنَ المُشْرِكِيْنَ وَرَسُوْلِهِ


Yaitu dengan mengkasrahkan kata رَسُوْلُ"” sehingga artinya berubah menjadi “bahwa sesungguhnya Allah berlepas diri dari orang-orang musyrikin dan RasulNya.”

Berkatalah orang badui tersebut: “Apakah benar bahwa Allah berlepas diri dari Rasul Nya?  Demi Allah aku akan berlepas diri dari orang yang Allah berlepas diri darinya.” Ketika Umar mengetahui hal tersebut, ia mengutus seseorang ke orang tersebut dan membenarkan bacaannya dan Ia berseru kepada manusia:"Hendaknya seseorang tidak membaca Al Quran kecuali ia mengetahui bahasa Arab".

Ini adalah beberapa contoh kekeliruan-kekeliruan yang terjadi pada orang-orang arab disebabkan bercampurnya mereka dengan orang-orang non-Arab.  Kekeliruan ini tidak bisa dibiarkan karena dapat merusak pemahaman kaum muslimin terhadap Al Quran sebagaimana contoh yang disebutkan di atas. Oleh karena itu, ilmu nahwu disusun agar memudahkan seseorang dalam mempelajari kaidah-kaidah bahasa Arab sehingga tidak keliru dalam memahami kalimat bahasa Arab.

Pencetus Ilmu Nahwu

Ada perbedaan pendapat di kalangan ulama nahwu tentang siapa pencetus ilmu nahwu. Diantara mereka ada yang berpendapat bahwa pencetus ilmu nahwu adalah:
  1. Amirul mu'minin Ali bin Abi Thalib
  2. Abul Aswad Ad Du'aly atas perintah dari Khalifah Umar bin Khathab
  3. Abul Aswad Ad Du'aly atas perintah Khalifah Ali bin Abi Thalib atau atas perintah Ziyad, pemimpin Bashrah atau Abul Aswad sendiri yang mencetuskan nya yang dipicu oleh percakapan antara beliau dan anak perempuan nya. Berkata anaknya: "wahai ayahku.. مَا أَحْسَنُ السَّمَاءِ (Apa yang paling indah dari langit?)" - dengan merofa'kan (membaca dhammah)  kata " أَحْسَنُ " dan menjarkan (membaca kasrah) kata "السَّمَاءِ" . Beliau pun menjawab:"Bintang-bintangnya". Anaknya pun berkata:"Aku bukannya bertanya wahai ayah.. tetapi aku sedang merasa takjub..". Belaiu pun menjawab:"Kalau begitu seharusnya yang kamu ucapkan adalah.. مَا أَحْسَنَ السَّمَاءَ (betapa langit yang indah!)" – dengan membaca fathah kata "أَحْسَنَ " dan "السَّمَاءَ ".
  4. Abdurrahman bin Humuz Al A'raj
  5. Nashr bin 'Ashim Al Laitsy

Pendapat yang paling kuat dari pendaat-pendapat di atas adalah pendapat yang menyebutkan bahwa pencetusnya adalah Abul Aswad Ad Du'aly atas perintah dari Khalifah Ali Bin Abi Thalib ketika terjadi banyak kekeliruan orang arab terhadap bahasa nya sendiri khususnya kekeliruan mereka dalam membaca Al Quran dan Hadits.

Begitulah sejarah lahir nya ilmu nahwu dimana bisa kita baca dengan jelas bahwa tujuan utamanya adalah agar kaum muslimin dapat membaca Al Quran dan Hadits dengan benar sehingga bisa memahami maksud yang terkandung di dalamnya. Allah Subhanahu wata'ala berfirman:

""Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al Quran dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya." (Yusuf : 2)

Imam Syafi’i rohimahulloh berkata, “Manusia tidaklah menjadi bodoh dan berselisih kecuali ketika meninggalkan bahasa Arab dan cenderung kepada bahasa Aristoteles (bahasa orang barat).” [Siyaru A’lamin Nubala, 10/74]

Benarlah perkataan penyair yang berkata:

النَّحْوُ أَوْلَى أَوَّلاً أَنْ يُعْلَمَ..  إِذْ الكَلاَمُ دُوْنَةُ لَنْ يُفْهَمَ..


(Ilmu nahwu adalah hal pertama yang paling utama untuk dipelajari.. karena perkataan tanpanya, tak dapat dipahami..)

* Disarikan dari Diktat Kuliah Ilmu Nahwu, Universitas Al Madinah Internasional (MEDIU)

Khairul Umam Al Batawy

Pelajaran Bahasa Arab 1

This is… - هَـٰذَا...  

Introduction - مُقَدِّمَةٌ
  • Please read the sentences below. After completing the sentences we shall go over the rules for this lesson.
  • In Part 1 of Lesson 1 we learn how to use the pronoun هَـٰذَا which means 'This' (called the demonstrative pronoun in grammar). /Hādhā/ is pronounced هَاذَا but is written without the first /alif/. The second word is the noun (object) being referred to, e.g.: بَيْتٌ means house.
Please click on the words to hear speech, i.e. how the words should be pronounced.
  • Arabic has no word which is equal to the English word "is" which is referred to as a “copula” in grammar. We can see this rule demonstrated above where we see the words for هَـٰذَا and the noun/predicate مَسْجِدٌ being referred to without any copula. i.e.  هَـٰذَا مَسْجِدٌ  If read literally this sentence would read "This a mosque", however, the word "is" can be implied in this sentence so that it reads "This is a mosque".
  • There is no word in Arabic corresponding to "a" in English as in: "This is a book". The n-sound, i.e. the /tanwīn/ (doubled vowel sign) at the end of the Arabic noun (kitābu-n, baitu-n, masĴidu-n) is the Arabic indefinite article corresponding to the English "a/an". 
  •  
This is… - هَـٰذَا...  

  • In-Shā’-Allâh (God-willing), we will continue practicing with some more examples of using the phrase /hādhā/ هَـٰذَا which means 'This is'.
Please click on the words to hear speech, i.e. how the words should be pronounced.
  • We have learnt how to say 'This is' using the phrase /hādhā/. Now, we will learn how to say 'What is this?' to ask a question followed by the answers to the questions In-Shā’-Allâh (God-willing). Please click on part 3 below to proceed.
  •  
This is… - هَـٰذَا...  
 Continued …
  • In this part of lesson 1 we will learn the phraseمَا هَـٰذَا؟  which means "What's this". We shall then answer the questions with the phrase we learnt in the earlier parts, i.e. /hādhā/ هَـٰذَا.
  • We will also learn the phrase أَهَـٰذَا.....؟ which means "Is this...?", for example أَهَـٰذَا بَيْتٌ؟ which means "Is this a house?”.
  • In addition, we will learn the words for Yes and No in Arabic to answer these questions.  The word for Yes in Arabic is نَعَمْ, and the word for No in Arabic is لا.
  • As we have already learnt, the Arabic script is read from right to left, please read the sentences below from right to left.
Please click on the words to hear speech, i.e. how the words should be pronounced.
  • In the next parts we will learn the phrase مَنْ هَـٰذَا؟ which means "Who is this?" followed by some more sentences to revise what we have learnt in this lesson, In-Shā’-Allâh (God willing).